Cara menjadi orang baik menurut islam

Menjadi orang baik adalah sebuah keharusan menurut islam, menjadi orang baik terkadang terasa sulit dan sering kali dianggap ada maunya dan yang paling parahnya lagi kita dianggap seorang yang munafiq dll, maka dari itu mari kita simak Cara menjadi orang baik menurut islam dan haditsnya.

Cara menjadi orang baik menurut islam

Allah ta’ala berfirman (yang artinya) “Dan hendaknya hanya kepada-Ku lah kalian merasa takut.” (QS. al-Baqarah [2]: 40)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya) “Maka janganlah kalian takut kepada mereka (wali-wali syaitan) namun takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran [3]: 175).
Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Di dalam ayat ini terkandung kewajiban untuk takut kepada Allah semata, dan hal itu merupakan konsekuensi keimanan. Sesuai dengan kadar iman seorang hamba maka sebesar itu pula rasa takutnya kepada Allah. Rasa takut yang terpuji adalah yang menghalangi hamba dari perkara-perkara yang diharamkan Allah.” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 140).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya)”Sungguh, orang-orang yang karena takut kepada azab Rabbnya, mereka sangat berhati-hati. Dan mereka yang beriman dengan ayat-ayat Rabbnya. Dan mereka yang tidak mempersekutukan Rabbnya, dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya. Mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.” (QS. al-Mukminun [18]: 57-61)
Imam Ahmad meriwayatkan; Yahya bin Adam menuturkan kepada kami; Malik bin Mighwal menuturkan kepada kami; Abdurrahman bin Sa’id bin Wahb menuturkan kepada kami dari Aisyah radhiyallahu’anha, beliau mengatakan, “Wahai Rasulullah, ‘ dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut’ apakah mereka adalah orang yang mencuri, berzina, atau meminum khamr sehingga merasa takut kepada Allah ‘azza wa jalla?”. Maka beliau menjawab, “Bukan wahai putri Abu Bakr, wahai putri ash-Shiddiq, namun dia adalah orang yang mengerjakan shalat, berpuasa, dan bersedekah namun dia juga merasa takut kepada Allah ‘azza wa jalla.” (HR. Ahmad [24102] as-Syamilah).
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan; Ibnu Abi Umar menuturkan kepada kami; Sufyan menuturkan kepada kami; Malik bin Mighwal menuturkan kepada kami dari Abdurrahman bin Sa’id bin Wahb al-Hamdani bahwa Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata; Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai ayat ini ‘dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut’. Aisyah berkata; “Apakah mereka adalah orang yang meminum khamr dan mencuri?”. Maka beliau menjawab, “Bukan wahai putri ash-Shiddiq, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, melakukan shalat, dan bersedekah, namun mereka juga merasa takut kalau-kalau amal mereka tidak diterima. Mereka itulah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan-kebaikan.” (HR. Tirmidzi [3099] disahihkan oleh al-Albani dalam Sahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi 3175. as-Syamilah)
Imam Ibnu Majah meriwayatkan; Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami; Waki’ menuturkan kepada kami dari Malik bin Mighwal dari Abdurrahman bin Sa’id al-Hamdani dari Aisyah radhiyallahu’anha; Aku berkata; “Wahai Rasulullah ‘dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut’. Apakah dia adalah orang yang berzina, mencuri, dan meminum khamr?”. Maka beliau menjawab, “Bukan wahai putri Abu Bakr atau putri ash-Shiddiq, akan tetapi dia adalah seorang yang berpuasa, bersedekah, dan shalat sedangkan dia merasa takut Allah tidak menerima amalnya.” (HR. Ibnu Majah [4188] dihasankan al-Albani dalam Sahih wa Dha’if Sunan Ibni Majah 4198 as-Syamilah)
al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya seorang mukmin memadukan antara perbuatan baik dengan perasaan takut dan kehati-hatian. Sedangkan seorang munafiq memadukan antara perbuatan jelek dengan perasaan aman dan tidak khawatir tertimpa hukuman.” (Disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, 3/261)
Imam Ahmad meriwayatkan; Muhammad bin Ubaid menuturkan kepada kami; Aban bin Ishaq menuturkan kepada kami dari as-Shabbah bin Muhammad dari Murrah al-Hamdani dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah membagi-bagi akhlak di antara kalian sebagaimana membagikan rezeki di antara kalian. Dan sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla memberikan dunia kepada orang yang dicintai-Nya dan orang yang tidak dicintai-Nya, sedangkan Allah tidak akan memberikan agama kecuali kepada orang yang dicintai-Nya. Maka barangsiapa yang dikaruniai agama oleh Allah maka sungguh Allah mencintai-Nya. Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah sempurna keislaman seorang hamba sampai hati dan lisannya bersih. Dan tidaklah sempurna imannya sampai tetangganya merasa aman dari gangguannya.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Apakah bentuk gangguan itu wahai Nabi Allah?”. Beliau menjawab, “Yaitu menganiaya dan menzaliminya. Dan tidaklah seorang hamba mendapatkan harta dengan cara haram lalu dia pakai untuk berinfak kemudian akan memperoleh keberkahan di dalamnya. Tidaklah bersedekah dengannya lalu sedekahnya itu akan diterima. Tidaklah dia meninggalkan sesuatu (harta) di belakang punggungnya -tidak diinfakkan- melainkan harta itu juga akan semakin menambah dia lebih jauh terjerumus ke dalam neraka. Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla tidak berkenan menghapuskan keburukan dengan keburukan pula, akan tetapi sesuatu yang buruk akan terhapus dengan kebaikan. Karena sesungguhnya sesuatu yang kotor tidak bisa membersihkan sesuatu yang kotor pula.” (HR. Ahmad [3490] as-Syamilah).
baca juga :
 
demikian Cara menjadi orang baik menurut islam semoga bermanfaat.. dan selalu berbaik sangka Kepada Allah S.W.T..
Previous
Next Post »